“Kalau kamu cantik, setengah dari masalah hidupmu, kelar!"
Gambar : Ilustrasi {Instagram.com/cutsyifaa)
Baru-baru ini ramai di media sosial membahas mengenai beauty privilege. Banyak orang yang membagikan pengalamannya berkaitan dengan beauty privilege, baik sebagai penerima manfaat maupun sebagai orang yang dirugikan sebab adanya beauty privilege ini.
Sebenarnya di kehidupan sehari-hari, kita sudah sering melihat dan merasakan bahwasannya orang yang cantik dan menarik mendapatkan perlakuan lebih istimewa dari orang lain dibandingkan orang yang tidak cantik, baik di lingkungan keluarga, kantor, sekolah, kampus, pertemanan, dan lain-lain.
Namun seringkali kita enggan untuk membicarakan hal ini dengan dalih cantik itu relatif, cantik itu berasal dari dalam diri, cantik itu tidak akan bertahan lama, dan masih banyak lagi dalih dengan kalimat yang lain. Padahal kenyataannya beauty privilege itu benar adanya.
Diakui ataupun tidak, pada prakteknya orang yang memiliki kecantikan fisik akan mendapatkan perlakuan lebih baik daripada orang yang memiliki kecantikan di bawah standar. Entah itu melalui ekspresi dengan senyuman saja ataupun berupa kekaguman dalam diri orang lain, bahkan tidak jarang berupa tindakan nyata. Orang yang cantik akan mendapatkan banyak manfaat dari kecantikannya.
Apa Itu Beauty Privilege?
Beauty artinya kecantikan, sedangkan Privilege artinya hak istimewa. Menurut hemat saya, beauty privilege adalah hak istimewa yang dimiliki orang-orang yang dianggap cantik dan menarik atas orang-orang yang dianggap tidak cantik dan tidak menarik.
"Pretty privilege itu ada. Ini menyedihkan, tapi itu benar. Pretty privilege adalah gagasan bahwa orang-orang yang dianggap lebih menarik menerima perlakuan yang lebih baik, oleh karena itu ”istimewa." Pretty privilege ada di sekitar kita, tetapi sering luput dari perhatian." (Raina Lahiri, 2021, Opinion: Pretty privilege is real – Scot Scoop News,12 Maret 2022)
Banyak orang yang menyebut bahwa cantik itu relatif, alias setiap orang memiliki sudut pandang berbeda terhadap kecantikan. Tetapi secara umum orang memiliki penilaian yang cenderung sama terhadap standar kecantikan seseorang. Biasanya, orang yang dianggap cantik memiliki beberapa ciri fisik seperti tinggi, berkulit putih dan bersih, langsing, hidung mancung, mata indah, senyum yang manis, rambut lurus, hitam dan Panjang. Standar kecantikan ini bisa dilihat dari perhelatan ajang-ajang kecantikan seperti Puteri Indonesia, Miss Indonesia, Miss World, dan Miss Universe.
Bahkan ada pernyataan bahwa "Kalau kamu memiliki fisik yang cantik dan menarik, maka setengah dari masalah hidupmu sudah selesai." Pernyataan ini tidaklah salah karena memang orang yang cantik cenderung memiliki kemudahan dalam kehidupan dibanding orang yang tidak cantik. Ini bisa terlihat di beberapa lingkungan sosial seperti :
1. Di sekolah
Siswi yang cantik biasanya banyak disukai teman pria. Banyak yang naksir dan banyak pula yang ingin menjadikannya pacar atau istri. Tidak hanya di kalangan siswa tetapi juga di kalangan guru, siswi yang cantik akan lebih dikenal daripada siswi yang tidak cantik. Apalagi kalau cantik plus pintar, maka akan popular di sekolah.
Siswi yang cantik juga akan memiliki banyak kesempatan mengembangkan skill dan bakatnya di sekolah. Di beberapa kegiatan, siswi yang cantik akan memiliki peluang lebih besar daripada siswi yang tidak cantik, seperti pada waktu pemilihan anggota paskibraka, petugas upacara, model fashion show, drumband, cheerleader, qosidah, paduan suara, seni tari, dan bahkan siswi yang cantik kerap kali dijadikan sebagai model di pamflet untuk promo sekolahnya.
2. Di Lingkungan Kerja
Sudah bukan rahasia lagi dalam mendapatkan pekerjaan, orang yang cantik dan menarik akan memiliki peluang yang lebih besar dibanding orang yang tidak cantik. Banyak perusahaan-perusahaan yang mencantumkan syarat “berpenampilan menarik” di kualifikasi penerimaan karyawannya. Ini artinya perusahaan mempertimbangkan penampilan dalam merekrut karyawan.
Tidak hanya sebagai karyawan perusahaan, beberapa profesi pekerjaan pun ada persyaratan standar fisik yang harus dipenuhi supaya diterima, seperti menjadi polisi wanita (polwan), pramugari, pegawai bank, customer servive, model, dan masih banyak lagi lainnya.
3. Di Kampus
Tidak jauh berbeda dengan di sekolah, di kampus orang yang cantik juga memiliki peluang lebih besar daripada orang yang tidak cantik, hanya saja cakupannya berbeda. Salah satu contoh dalam perekrutan untuk ajang pemilihan Puteri Indonesia. Kandidat yang akan dipilih mewakili provinsi diseleksi dari berbagai kampus di tiap-tiap provinsi.
Gambar : Instagram.com/@officialputeriindonesia
Dalam ajang ini persyaratan mutlaknya harus pintar. Artinya, cantik saja tidak cukup kalau tidak pintar. Tetapi kalau tidak cantik walaupun pintar tentu juga tidak akan dipilih. Sebagai perbandingan, mahasiswi yang pintar dan cantik dengan mahasiswi yang pintar tetapi tidak cantik, pasti yang akan dipilih adalah mahasiswi yang pintar dan cantik.
Dalam ajang ini pun sering menggembar-gemborkan iner beauty (kecantikan dari dalam). Tetapi faktanya, kontestan yang dipilih selain memiliki iner beauty, juga harus memiliki penampilan yang cantik dan menarik.
Penjabaran di atas merupakan salah satu contoh bahwa beauty privilege itu nyata. Beauty privilege tidak hanya terjadi di sekolah atau kampus tapi juga bisa terjadi di lingkungan terkecil seperti pertemanan, kekerabatan, dan keluarga.
4. Di Sosial Media
Dengan semakin maraknya media sosial seperti Instagram, Twitter, Tik Tok, dan Facebook, banyak bermunculan influencer yang memiliki puluhan ribu sampai jutaan follower. Influencer yang memiliki jutaan follower ini biasanya cantik, muda, langsing, dan berkulit putih. Influencer yang cantik biasanya lebih mudah mendapatkan like, viewer dan follower di akun sosial medianya. Mereka tidak perlu kerja keras sekeras influencer yang tidak cantik.
.
Ada influencer yang tidak cantik, tetapi ini kalangan minoritas dan biasanya mengalami fase penghakiman terlebih dahulu sebelum menjadi influencer. Sebagai contoh, seperti yang dialami Kekeyi, yang mempunyai nama asli Rahmawati Kekeyi Putri Cantikka. Kekeyi adalah seorang beauty vlogger yang awal kemunculannya menuai banyak hujatan, hinaan, dipandang sebelah mata, dan dikatakan settingan. Ini bagian dari dampak adanya beauty privilege.
Beauty privilege terbentuk dengan sendirinya di masyarakat karena sejatinya manusia itu suka akan keindahan. Nah, untuk menghilangkan beauty privilege ini, perlu adanya perubahan maindset di masyarakat. Merubah mindset masyarakat tentu bukanlah hal yang mudah dilakukan. Lantas, apakah orang yang tidak memiliki beauty privilege harus menyerah dengan keadaan? Tentu saja tidak. Perlu disadari bahwa beauty privilege hanyalah salah satu faktor dari banyak faktor yang menentukan keberhasilan seseorang di kehidupan sosial masyarakat.
Baca juga: Bagaimana Cara Mengatasi Beauty Privilege?